Jumat, 06 Mei 2011

KETEGARAN HATI


Helmy Fenisia
            Aku menatap abu bekas sisa pembakaran dari semua foto dan surat Darren. Tak ada tangis atau kesedihan yang kurasa. Aku malah bangga dengan diriku yang begitu tegar dan kuat menghadapi kesedihan karena dihempas dan dilukai oleh Darren. Selama sepuluh tahun dia ada dalam hidupku dan kini tiba-tiba menghilang tanpa kutahu sebab  mengapa ia menjauh. Harusnya hal itu membuatku sedih, tapi entahlah, mungkin hatiku yang terlalu keras atau perasaan ini sudah mati  hingga aku berpikir kalau Darren tak pantas kutangisi.
            Kenangan selama sepuluh tahun, sms yang kutuliskan di diary agar bisa kubaca setiap saat aku merindukannya…semuanya bagai tak berarti , meski kadang ada waktu di mana aku tak bisa lari dari bayangannya, dari kata manisnya, dari suaranya, dan dari semua yang pernah tercipta selama sepuluh tahhun ini, namun aku berusaha untuk tidak terjerembab dan jatuh hingga  membuatku semakin terluka.
            Ketika pikiran membawaku padanya, secepat mungkin aku berpaling dan menjauh. Mencari kesibukan dan menguatkan hati untuk tidak melihat ke masa lalu. Ironisnya, dia yang mengajarkan aku untuk melupakan orang yang pernah dekat dengan
ku kini aku  yang harus belajar melupakannya.
            Sejujurnya, kadang aku ingin menangis dan menumpahkan kesedihanku, namun air mata seperti mengendap  dan kesedihan ini kusimpan dalam diam. Seorang sahabat menganggap aku orang yang paling tak bermasalah.
Kuakui ketika dalam kesusahan yang bagaimana pun, aku tak bisa membiarkan orang melihatku bersedih. Saat susah aku  tersenyum, saat senang aku tertawa. Pernah bertanya pada diri sendiri masih normalkah aku? Seandainya bisa menangis mungkin lebih baik., tapi ketika air mata mulai menetes, ketika itu pula ia mengering.
            Kupikir ada baiknya jika aku menangis dan menumpahkan segala rasa yang menyesakkan dadaku  maka aku akan lega. Sayangnya aku tak mampu melakukannya. Lagi-lagi yang kurasakan hanyalah sakit dan luka yang semakin dalam. 
            Ketika kerinduan sejenak datang mengusik , seketika itu juga aku sadar dia tak lagi ada untukku. Jadi tak perlu lagi dipikirkan. Lihatlah ke masa  depan, pada cita-cita dan impian. Ya, memang itulah yang harus dan akan  aku lakukan. Melupakan sakit hati dan kecewa, membuang asa dan kenangan yang pernah ada. Meraih cita-cita dan menjadi wanita yang tegar.
            Hidup bukan melulu oleh cinta, meski tanpa cinta kita  mungkin  merasa tidak bermakna , namun aku ingin meraih cita lebih dulu dan  melupakan sejenak cinta. Toh bila memang ia ada untukku, cinta akhirnya akan datang menyapa.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar